Cara Mendidik Anak Yang Baik Sesuai Tahapan Usia

Berita

PARUNG, BOGOR, 8/11—salah satu agenda rutin yang dilakukan oleh founder Sekolah Insan Mandiri, Dr. H. Karim Santoso, M.Si dan Dr. Hj. Heni Lestari, M.Si. adalah kunjungan ke sekolah cabang yang beliau dirikan. Ahad 6 November 2022, Dr Karim dan Dr. Heni hadir di SMPIT Insan Mandiri Parung untuk kunjungan bersilaturahmi dan memberikan motivasi bagi siswa serta penyegaran bagi guru-guru.

Dalam kesempatan kunjungan ini, dalam sesi motivasi, Dr Karim mengutip sebuah pesan yang pernah disampaikan oleh sahabat Rosulullah, Ali bin Abi Thalib mengenai bagaimana mendidik anak, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Ini mengingatkan para guru agar selalu memperbaharui gaya mengajardan mendidik  disesuaikan dengan zaman.

Lebih lanjut Dr. Karim menyampaikan tentang tahapan memperlakukan anak sesuai umurnya, tahap pertama, usia 0-7 tahun, perlakukan anak seperti raja. Pada tahap ini anak baru bisa belajar dengan melihat sikap orang tuanya. Jika orang tua memberikan kasih sayang dan memperlakukannya dengan lembut maka kelak mereka akan tumbuh menjadi orang yang lembut dan penyayang juga. Cara terbaik untuk mendidik anak pada tahap ini adalah dengan melayaninya dengan sepenuh hati dan tulus. Karena banyak hal kecil yang kita lakukan setiap hari akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilaku anak.

Oleh karena itu, pada tahap ini orang tua dianjurkan untuk memperlakukan anak seperti raja. Di sisi lain orang tua juga harus bisa tidak memanjakan anak dan tetap tegas pada hal-hal tertentu. Tahapan ini menurut Doktor Krim Santoso fase anak dilayani dan masanya bermain, jika anak mendapatkannya anak akan mendapatkan kesuksesan pada tahapan selanjutnya.

Tahap kedua usia 8-14 tahun, perlakukan anak sebagai tawanan. Pada tahap ini, anak sudah saatnya untuk memahami hak dan kewajibannya, baik mengenai akidah, hukum, dan sesuatu yang dilarang dan diperbolehkan. Seperti mengerjakan sholat 5 waktu, menjaga pergaulan dengan lawan jenis dan lain sebagainya. Pada tahap ini, orang tua sudah harus memulai untuk menerapkan sikap disiplin pada anak. Hal ini dianggap penting karena anak sudah mulai mengerti tanggung jawab dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan ketika melakukan sesuatu. Fase ini anak di ajarkan disiplin, akhlak dan adab dalam kehidupan sehari-hari contoh adab dalam bergaul, adab dalam berpakaian dan lain-lain. Jika sukses pada tahapan ini anak akan mendapatkan kesuksesan pada tahapan selanjutnya.

Tahap ketiga usia 15-21 tahun, perlakukan anak sebagai sahabat. Pada tahap ini anak secara umum sudah memasuki akil baligh. Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat juga teladan yang baik secara bersamaan. Selain itu orang tua juga harus membangun kesadaran anak bahwa mereka sudah memasuki usia akil baligh. Pada masa ini, selain mengalami perubahan fisik, anak juga mengalami perubahan mental, spiritual, sosial budaya dan lingkungan yang memungkinkan timbulnya masalah yang harus mereka hadapi. Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat agar anak mau terbuka dan bercerita mengenai apa yang sedang mereka hadapi untuk kemudian mencari solusi bersama.

Selain itu, orang tua juga bertugas untuk mengawasi anak tanpa disertai sikap yang otoriter agar anak tidak merasa terkekang.

Dengan begitu anak akan merasa disayangi, dihargai, dicintai dan akan tumbuh rasa percaya diri dan menjadi pribadi yang kuat sehingga mereka senantiasa mampu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Selanjutnya, orang tua sudah harus mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat kepada anak, hal ini penting agar kelak anak akan menjadi pribadi yang cekatan, bertanggung jawab, mandiri dan dapat diandalkan.

Hal yang penting lainnya adalah membekali anak dengan keahlian yang akan mereka butuhkan kelak ketika mereka sudah terjun ke masyarakat. Jika anak tidak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan fasenya bisa di obati atau di terapi dengan punya teman ngobrol, berbagi bercerita, senyuman yang tulus, berpikir yang positif dan saling membantu dalam kebaikan agar mendapatkan kepercayaan diri sehingga anak-anak dapat meraih kesuksesan.

Dari pesan yang di sampaikan Dr Karim di atas, bagi para murid sangat berguna untuk memahami perlaukan guru atau orangtuanya dalam proses mendidiknya. Bagi guru sangat bermanfaat untuk memahami kebutuhan murid, untuk menjalankan amanah mendidik dengan penuh kasih sayang dan menyenangkan, sehingga semua tujuan pembelajaran dapat tercapai. (Eliya Masri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *