Mendeteksi Gaya Belajar Anak

Artikel

Mendeteksi Gaya Belajar Anak

Oleh: Dr. Karim Santoso, S.Pd., M.Si*

*Presiden Direktur SIT Insan Mandiri Jakarta

Di usia awal, anak merespon lingkungannya dengan sangat sederhana, mengandalkan auditori mereka berinteraksi dan berkomunikasi. Sederhana sekali. Apapun yang mereka dengar direkam tanpa filter. Usia berikutnya, mereka hidup dengan interaksi lingkungan secara aktif. Mengandalkan motorik yang berkembang lebih awal, mereka merespon dan belajar dari lingkungan. Masuk di usia sekolah dasar, mereka melanjutkan interaksi dan respon lingkungan dengan lebih berkembang melibatkan kemampuan imajinasi.

Saat yang bersamaan, disaat aktifitas motorik dan kemampuan imajinasi anak sedang aktif-aktifnya, kebutuhan akan pendidikan adab dan akhlak berperilaku sangat dibutuhkan, mengingat tangki limbik dan insula anak yang menginisiasi perkembangan emosi dan perilaku membutuhkan “bensin” untuk membantu anak berkembang secara baik. Perkembangan yang baik ini penting untuk mengembangkan emosi dan mental anak serta membiasakan anak dalam perilaku adab.

Di usia awal masuk sekolah dasar, anak-anak yang awalnya berinteraksi dengan lingkungan secara sederhana, kini semakin berkembang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meningkat seiring pertambahan usia. Jika yang awalnya hanya fungsi auditori dan visual serta motorik mereka, kini kemampuan lainnya seperti berbahasa terus berkembang. Maka, kita sering mendapatkan anak yang bercerita aktif tentu selain aktif secara gerakan.

Nah, setiap anak, setiap dir-diri kita,  memiliki cara yang paling dirasa nyaman ketika merespon lingkungan dan berinterkasi secara sosial. Interaksi lingkungan adalah cara yang kita memberikan responsifitas terhadap sekitar. Contoh, kita melihat gambar reklame dan baliho di pinggir jalan  yang kita lewati dan rutin kita lewati jalant ersebut. Sehinggasemakin mudah kita menyimpannya sebagai memori visual. Dan ketika, pada bulan depan, kita melewati jalan yang sama, namun gamabr reklame dan baliho itu sudah tidak ada, kita masih mengingat informasi visual itu. Namun, karakteristik ini tidak mutlak adanya. Ada orang yang tidak terlalu “ngeh” atau menyadari gambar reklame dan baliho dipinggir jalan. Orang ini, cenderung mengabaikannya, dan hanya melihat sepintas saja. Bahkan, hampir tak ada yang diingatnya dari informasi gamabr papan reklame dan baliho itu.

Sahabat guru dan orangtua SDIT Insan Mandiri Jakarta, bahwa, setiap anak merespon interakasi lingkungan secara berbeda dengan yang lainnya. Maka, kita mengenal, anak yang menyukai gambar (seperti cerita ilustrasi papan reklame dan baliho), menyukai gambar dan mudah mengingat dan menyimpannya di lemari memorinya. Ada juga anak yang tak memedulikan gambarnya, tapi lebih suka membaca kalimatnya saja, dan menyimppan informasi kalimat itu di lemari memorinya dengan baik, namun ada juga anak, yang tidak menyukai keduanya, bahkan cuek dan tak memerhatikan gamabr reklame dan baliho serta tulisannya. Biasanya tipe yang ini adalah anak-anak yang memiliki kesukaan pada aktifitas fisik.

Interaksi lingkungan seperti diatas, dikenal sebagai gaya belajar atau biasa disebut modalitas belajar. Walter Burke Barbe dan rekan di tahun 1979, menjelaskan mengenai contoh diatas lebih pada persepsi, sensasi dan memori di mana terbentuk tiga gaya belajar: visual, pendengaran dan kinestetik (dikenal sebagai teori VAK). Dalam model ini, diusulkan bahwa setiap pembelajar akan memiliki gaya belajar primer dan sekunder. Namun, pembagian ini dibagi lagi menjadi dua jenis: gaya belajar berbasis preferensi dan gaya belajar berbasis genetik. Gaya belajar yang diperoleh anak-anak selama masa bertumbuh dan berkembang menunjukkan bahwa anak-anak kita mengembangkan kemampuannya itu secara alami dan sebagai bagian dari konsekwensi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Di SDIT Insan Mandiri Jakarta, setiap anak akan ditelusuri dan di observasi cara belajar yang mereka sukai (gaya belajar) sebelum mereka bersekolah. Kemampuan-kemampuan yang berkembang diobservasi dan dilaporkan sebagai informasi gaya belajar dan kecerdasan majumuk anak. Ini penting untuk membantu mereka berkembang sebagai manusia cerdas. Amin.

admin
Admin web resmi SEKOLAH INSAN MANDIRI ini dikelola oleh Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) Insan Mandiri. BPP terdiri dari 4 Departemen: Riset & Pengembangan, Pendidikan & Latihan, Hubungan Masyarakat, dan Pemberdayaan Orangtua & Alumni.
http://sit-insanmandiri.sch.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *